
Pasta Gigi Jepang: 7 Jenis Rasa yang Unik dan Aneh
April 19, 2019
Persiapan Menjadi Imigran Indonesia di Jepang
April 25, 2019Kampung boneka dan Kekurangan Penduduk Desa Jepang. Jalanan lengang jika Anda mendatangi sebuah desa kecil bernama Nagoro di sisi pegunungan Jepang sebelah barat. Tidak akan ditemui keramaian warga. Sepi. Uniknya, di kanan kiri jalan bisa Anda temui banyak boneka seukuran manusia berjajar dengan berbagai pose bermacam-macam, layaknya penduduk desa. Seseorang dari warga desa nagoro disebut telah membuat boneka-boneka tersebut, ia berharap bisa mengusir sepi dari kehilangan tetangganya.
Kampung boneka dan Kekurangan Penduduk Desa Jepang
Nagoro ini adalah daerah yang dikenal dengan lembah boneka di Jepang. Terletak 550 km dari Barat Daya Tokyo. Orang yang pertama kali membuat membuat boneka untuk mengisi keramaian ke desanya adalah Tsukimi Ayano. Ia berupaya mengembalikan keramaian kehidupan pada desa dengan jumlah penduduk sangat kurang itu.
Tsukimi yang kini berusia 69 tahun itu menyebutkan bahwa hanya ada 27 orang di desa Nagoro. Sementara jumlah boneka orang-orangan sawah bisa berjumlah 270. Pada awalnya, 16 tahun yang lalu ia membuat boneka orang-orangan sawah itu untuk mengusir burung yang memakan tanaman kebunnya. Boneka sawah itu ia kenakan baju ayahnya sehingga orang lain yang melihat akan menyangka itu adalah ayahnya.
Semenjak itu Tsukimi terus menciptakan boneka seukuran orang normal. Bermacam bahan ia gunakan, mulai dari tongkat kayu, koran, kain hingga wol rajutan. Hanya perlu waktu tiga hari bagi Tsukimi dengan keterampilan tangannya membuat boneka berukuran orang dewasa. Kini seluruh bonekanya tersebar di seluruh desa. Agar membuat boneka-bonekanya terlihat hidup, Tsukimi menggunakan make up warna pink ke bibir dan pipi boneka.
Sementara itu ia juga membuat 12 boneka warna-warni seukuran anak-anak untuk ia tempatkan di sekolah pada setiap meja dan diatur posisinya seperti anak-anak yang sedang belajar. Tsukimi melakukan hal itu untuk mengenang suasana sekolah yang telah ditutup semenjak tujuh tahun yang silam karena tidak adanya anak-anak. Dengan sedih ia menuturkan bahwa di desa Nagoro ini warga yang paling muda berusia 55 tahun.
Sekelompok boneka terlihat di sebuah halte bus dengan bentuk yang menyerupai anak-anak yang bermain di gerobak dan ditarik seorang “ayah”. Di salah satu ujung jalan, nampak sekumpulan boneka dibentuk menyerupai satu keluarga yang tengah duduk-duduk di depan toko kelontong yang terbengkalai karena ditinggalkan, sebuah boneka berbentuk petani tua terlihat melongok ke dalamnya.
Jepang yang Menjadi Sepi
Tsukimi menuturkan bahwa para penduduk sedikit demi sedikit meninggalkan desanya padahal dulu, ketika ia kanak-kanak, desa ini ramai dengan 300 warga. Mereka bekerja di sektorkehutanan dan bendungan. Karena itu Tsukimi membuat lebih banyak boneka untuk mengenangnya.
Sebagian Jepang memang kini mengalami penurunan populasi. Seperti desa Nagaro ini. Angka kelahiran sangat rendah, berbanding terbalik dengan harapan hidup yang tinggi. Hal itu membuat Jepang menjadi negara pertama di dunia yang “sangat tua”. Jumlah orang yang berusia 65 tahun atau lebih kini mencapai 28 %.
Sementara itu baru-baru ini pemerintah Jepang mengeluarkan yang menyebutkan bahwa dari total 127 juta populasi Jepang, 27,7 % a telah berumur 65 atau lebih. Dan jumlah itu diyakini akan terus bertambah dalam 30 tahun ke depan menjadi 37,7 %. Para ahli statistik kependudukan memperkirakan 40 persen dari 1.700 kota-kota di Jepang telah “kehilangan warga”nya.

Kampung boneka dan Kekurangan Penduduk Desa Jepang
Upaya Jepang Mengatasi Masalah Populasi
Desa-desa di Jepang seperti Nagoro dulunya merupakan desa yang ramai karena pasca Perang Dunia kedua, kehutanan dan pertanian merupakan pendorong ekonomi utama. Saat itu banyak sekali orang yang tinggal di desa.

Kampung boneka dan Kekurangan Penduduk Desa Jepang
Ketika ekonomi makin berkembang pada tahun 60 an, Tokyo dengan kawasan industrinya menjadi magnet bagi banyak generasi muda. Seorang ahli ekonomi dari Japan Research Institute, Takumi Fujinami menjelaskan bahwa hanya Tokyolah satu-satunya tempat mendapatkan uang sehinga anak-anak mudapun meninggalkan kampung halaman dan pindah ke Tokyo.

Kampung boneka dan Kekurangan Penduduk Desa Jepang
Pemerinah Jepang melalui Perdana Menteri Shinzo Abe berkomitmen menghidupkan kembali daerah-daerah di luar Tokyo. Puluhan milyar yen digelontorkan terus untuk mencegah orang-orang muda meninggalkan desa. Fujiyami mengatakan bahwa meski sedemikian besar uang dikeluarkan, hingga sekarang upaya tersebut belum berhasil. Ia menyebutkan bahwa untuk mengatasi masalah penurunan populasi, Jepang memerlukan orang-orang yang pindah ke daerah-daerah yang tidak berpenghuni, ini sangat sulit sekarang ini.

Kampung boneka dan Kekurangan Penduduk Desa Jepang
Menurutnya yang paling adalah memperbaiki kondisi kerja bagi kaum muda di daerah pedesaan dan meningkatkan penghasilan mereka. Ia mencontohkan bahwa perusahaan di pedesaan cenderung memiliki libur yanglebih sedikit daripada di Tokyo. Ia menambahkan perlunya menciptakan komunitas agar para pemuda mendapatkan akses penghidupan untuk jangka panjang. Mensubsidi mereka hanya untuk pindah saja tidaklah cukup.
Kembali ke Nagaro, kini boneka-boneka Tsukimi malah menarik perhatian beberapa wisatawan dari Amerika Serikat dan Prancis. “Ketika saya baru membuat boneka-boneka, tak satupun orang yang berkunjung. Kini banyak orang berkunjung ke sini,” kata Tsukimi. Ia berharap Nagoro bisa mendapatkan kehidupannya kembali dan banyak orang datang ke sini untuk berwisata. Ia mengatakan, “Entah seperti apa rupa nagoro 10 atau 20 tahun lagi. Yang pasti saya akan tetap membuat boneka.”
- Sumber: https://www.cnnindonesia.com
- Foto-foto dari: https://www.dailymail.co.uk